Komunikasi
Verbal dan Non Verbal
Dalam kebanyakan
peristiwa komunikasi yang berlangsung, hampir selalu melibatkan penggunaan
lambang-lambang verbal dan non verbal secara bersama-sama. Keduanya, bahasa
verbal dan non verbal, memiliki sifat yang holistik (masing-masing tidak dapat
dipisahkan). Dalam banyak tindakan komunikasi, bahasa non verbal menjadi
komplemen atau pelengkap bahasa verbal. Lambang-lambang non verbal juga dapat
berfungsi kontradiktif, pengulangan, bahkan pengganti ungkapan-ungkapan verbal,
misalnya ketika seseorang mengatakan terima kasih (bahasa verbal) maka orang
tersebut akan melengkapinya dengan tersenyum (bahasa non verbal), seseorang
setuju dengan pesan yang disampaikan orang lain dengan anggukan kepala (bahasa
non verbal). Dua komunikasi tersebut merupakan contoh bahwa bahasa verbal dan
non verbal bekerja bersama-sama dalam menciptakan makna suatu perilaku
komunikasi.
1.
Komunikasi
Verbal
Komunikasi verbal
merupakan komunikasi yang dikeluarkan secara lisan. Komunikasi verbal merupakan
komunikasi yang dikeluarkan secara lisan. Komunikasi verbal adalah bentuk
komunikasi yang sangat efisien yang memberikan kesempatan berlangsung
berlangsungnya penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain.
Komunikasi verbal ini berfungsi untuk mengendalikan lingkungan dan memudahkan
dalam berkomunikasi dengan orang lain dan berbagi pengalaman serta pengetahuan
dengan mereka. Bahkan komunikasi itu terjadi dengan tidak sengaja. Bisa saja
sesuai dengan isi hati atau perasaannya.
Perilaku verbal
sebenarnya adalah komunikasi verbal yang biasa kita lakukan sehari-hari. Simbol
atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan kata-kata atau
lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam
kategori pesan disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara lisan.
Suatu system kode
verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai perangkat simbol,
dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan
dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan
fikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang
mempresentatifkan berbagai aspek realitas individu kita. Dengan kata lain,
kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi
yang merupakan totalitas objek atau konsep yang mewakili kata-kata itu.
Komunikasi verbal
terlihat pada proses seconding-transmisi informasi-deconding-feedback. Proses
econding merupakan langkah awal komunikator merumuskan isi informasinya ke
dalam satu ragam bahasa lalu disebarkan pesan/informasi kepada komunikan untuk
ditafsirkan sehingga isi informasi dimengerti kemudian oleh komunikan direspons
berupa jawaban yaitu umpan balik. Proses komunikasi verbal memungkinkan untuk
terjadinya umpan-balik antara komunikator dengan komunikan sangat besar.
Sehingga pesan yang diterima oleh komunikator lebih jelas dan langsung
dimengerti.
2.
Komunikasi
Nonverbal
Komunikasi
nonverbal merupakan proses komunikasi dimana pesan tidak disampaikan dengan
kata-kata melainkan menggunakan bahasa tubuh, gerak isyarat, ekspresi wajah,
kontak mata, penggunaaan objek (pakaian, potongan rambut, simbol-simbol) serta
cara berbicara (intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi dan gaya
berbicara).
Secara sederhana,
pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Komunikasi non
verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting komunikasi,
yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang
mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini
mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari
peristiwa komunikasi secara keseluruhan, kita mengirim banyak pesan nonverbal
tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna pada orang lain.
Pesan-pesan
nonverbal sangat berpengaruh dalam komunikasi. Sebagaimana kata-kata,
kebanyakan isyarat nonverbal juga berlaku tidak universal, melainkan terkait
oleh budaya. Para ahli sepakat bahwa dimana, kapan dan kepada siapa kita
menunjukkan emosi ini dipelajari dan karenanya dipengaruhi konteks dan budaya.
Dalam proses nonverbal yang relevan dengan komunikasi antarbudya terdapat tiga
aspek yaitu, perilaku nonverbal yang berfungsi sebagai bahasa diam, konsep
waktu dan penggunaan dan pengaturan ruang.
Sebenarnya sangat
banyak aktivitas yang merupakan perilaku nonverbal ini, akan tetapi yang
berhubungan dengan komunikasi antar budaya ini biasanya adalah sentuhan.
Sentuhan sebagai bentuk komunikasi dapat menunjukkan bagaimana komunikasi
nonverbal merupakan suatu produk budaya. Suatu contoh lain adalah kontak mata.
Di Amerika Serikat orang dianjurkan untuk mengadakan kontak mata ketika
berkomunikasi.
Sebagai suatau
komponen budaya, ekspresi nonverbal mempunyai banyak persamaan dengan bahasa.
Keduanya merupakan sistem penyandian yang dipelajari dan diwariskan sebagai
bagian pengalaman budaya. Lambang-lambang nonverbal dan respon-respon yang
ditimbulkan lambang-lambang tersebut merupakan bagian dari pengalaman budaya
yang diwariskan dari suatu generasi ke generasi lainnya. Setiap lambang
memiliki makna karena orang mempunyai pengalaman lalu tentang lambang tersebut.
Budaya mempengaruhi dan mengarahkan pengalaman-pengalaman itu, dan oleh
karenanya budaya juga mempengaruhi dan mengarahkan kita bagaiman kita mengirim,
menerima, dan merspon lambang-lambang nonverbal tersebut.
Knaps (Rakhmat,1985:303)
mengatakan bahwa yang penting diketahui dalam pesan nonverbal adalah tinjauan
psikologis terhadap peranan pesan dalam perilaku komunikasi. Rakhmat juga
menyebutkan enam alasan mengapa pesan noverbal sangat penting yaitu:
1. Faktor-faktor
nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal.
2. Perasaan
dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan
verbal.
3. Pesan
nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relativ bebas dari penipuan,
distorsi dan kerancuan.
4. Pesan
nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk
mencapai komunikasi yang berkualitas. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan
informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan.
5. Pesan
nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan
pesan nonverbal.
6. Pesan
nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
Prilaku nonverbal
bersifat spontan, ambigu sering berlangsung cepat, dan diluar kesadaran atau
kendali. Pada komunikasi nonverbal, banyak digunakan tanda-tanda yang tidak jelas. Tanda-tanda itu
berupa bentuk ekspresi wajah tertentu bisa berarti penggunaan rasa sakit, namun
bisa berarti pula kegembiraan yang luar biasa. Bahasa nonverbal merupakan
penekanan dari bahasa verbal yang telah diucapkan serta lisan serta diperkuat
dengan gerak tubuh. Komunikasi nonverbal sangat berpengaruh jika dalam
menyampaikan sesuatu kemudian susah untuk dimengerti, maka diperkuat dengan
isyarat sehingga komunikan bisa terbantu dalam mendefenisikan maksud yang
diterima oleh komunikator.
Dilihat dari
fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi. Paul Ekman (Mulyana, 2007:349)
menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan
perilaku mata,yakni sebagai :
1.
Emblem.
Gerakan mata
tertentu merupakan symbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal.
Kedipan dapat mengatakan, ”Saya tidak sungguh-sungguh.”illustrator. Pandangan
ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.
2.
Regulator.
Kontak mata
berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu
merupakan respon tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi
kecemasan.
3.
Affect Display.
Pembesaran manik
mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya
menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau senang.
Menurut Tubbs dan
Moss dalam (Tubbs and Moss,1996:237), sistem komunikasi nonverbal berbeda dari
satu budaya ke budaya lain seperti juga sistem verbal. Di beberapa negara,
suatu anggukan kepala berarti ”tidak”, di sebagian negara lainnya, anggukan
kepala sekedar menunjukkan bahwa orang mengerti pertanyaan yang diajukan.
Petunjuk-petunjuk nonverbal ini akan lebih rumit lagi bila beberapa budaya
memperlakukan faktor-faktor nonverbal seperti penggunaan waktu dan ruang secara
berbeda. Isyarat-isyarat vokal seperti volume suara digunakan secara berbeda
dalam budaya-budaya yang berbeda, begitu juga dengan ekspresi emosi.
Oleh karena itu,
komunikasi nonverbal dapat dikatakan komunikasi yang paling jujur karena
bersifat spontan, susah untuk dikendalikan dan terjadi diluar kesadaran kita.