Friday, June 26, 2015

Komunikasi Verbal dan Non Verbal

 Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Dalam kebanyakan peristiwa komunikasi yang berlangsung, hampir selalu melibatkan penggunaan lambang-lambang verbal dan non verbal secara bersama-sama. Keduanya, bahasa verbal dan non verbal, memiliki sifat yang holistik (masing-masing tidak dapat dipisahkan). Dalam banyak tindakan komunikasi, bahasa non verbal menjadi komplemen atau pelengkap bahasa verbal. Lambang-lambang non verbal juga dapat berfungsi kontradiktif, pengulangan, bahkan pengganti ungkapan-ungkapan verbal, misalnya ketika seseorang mengatakan terima kasih (bahasa verbal) maka orang tersebut akan melengkapinya dengan tersenyum (bahasa non verbal), seseorang setuju dengan pesan yang disampaikan orang lain dengan anggukan kepala (bahasa non verbal). Dua komunikasi tersebut merupakan contoh bahwa bahasa verbal dan non verbal bekerja bersama-sama dalam menciptakan makna suatu perilaku komunikasi.
1.      Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang dikeluarkan secara lisan. Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang dikeluarkan secara lisan. Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang sangat efisien yang memberikan kesempatan berlangsung berlangsungnya penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi verbal ini berfungsi untuk mengendalikan lingkungan dan memudahkan dalam berkomunikasi dengan orang lain dan berbagi pengalaman serta pengetahuan dengan mereka. Bahkan komunikasi itu terjadi dengan tidak sengaja. Bisa saja sesuai dengan isi hati atau perasaannya.
Perilaku verbal sebenarnya adalah komunikasi verbal yang biasa kita lakukan sehari-hari. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan kata-kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan.
Suatu system kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai perangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan fikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentatifkan berbagai aspek realitas individu kita. Dengan kata lain, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang mewakili kata-kata itu.
Komunikasi verbal terlihat pada proses seconding-transmisi informasi-deconding-feedback. Proses econding merupakan langkah awal komunikator merumuskan isi informasinya ke dalam satu ragam bahasa lalu disebarkan pesan/informasi kepada komunikan untuk ditafsirkan sehingga isi informasi dimengerti kemudian oleh komunikan direspons berupa jawaban yaitu umpan balik. Proses komunikasi verbal memungkinkan untuk terjadinya umpan-balik antara komunikator dengan komunikan sangat besar. Sehingga pesan yang diterima oleh komunikator lebih jelas dan langsung dimengerti.


2.      Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal merupakan proses komunikasi dimana pesan tidak disampaikan dengan kata-kata melainkan menggunakan bahasa tubuh, gerak isyarat, ekspresi wajah, kontak mata, penggunaaan objek (pakaian, potongan rambut, simbol-simbol) serta cara berbicara (intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi dan gaya berbicara).
Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan, kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna pada orang lain.
Pesan-pesan nonverbal sangat berpengaruh dalam komunikasi. Sebagaimana kata-kata, kebanyakan isyarat nonverbal juga berlaku tidak universal, melainkan terkait oleh budaya. Para ahli sepakat bahwa dimana, kapan dan kepada siapa kita menunjukkan emosi ini dipelajari dan karenanya dipengaruhi konteks dan budaya. Dalam proses nonverbal yang relevan dengan komunikasi antarbudya terdapat tiga aspek yaitu, perilaku nonverbal yang berfungsi sebagai bahasa diam, konsep waktu dan penggunaan dan pengaturan ruang.
Sebenarnya sangat banyak aktivitas yang merupakan perilaku nonverbal ini, akan tetapi yang berhubungan dengan komunikasi antar budaya ini biasanya adalah sentuhan. Sentuhan sebagai bentuk komunikasi dapat menunjukkan bagaimana komunikasi nonverbal merupakan suatu produk budaya. Suatu contoh lain adalah kontak mata. Di Amerika Serikat orang dianjurkan untuk mengadakan kontak mata ketika berkomunikasi.
Sebagai suatau komponen budaya, ekspresi nonverbal mempunyai banyak persamaan dengan bahasa. Keduanya merupakan sistem penyandian yang dipelajari dan diwariskan sebagai bagian pengalaman budaya. Lambang-lambang nonverbal dan respon-respon yang ditimbulkan lambang-lambang tersebut merupakan bagian dari pengalaman budaya yang diwariskan dari suatu generasi ke generasi lainnya. Setiap lambang memiliki makna karena orang mempunyai pengalaman lalu tentang lambang tersebut. Budaya mempengaruhi dan mengarahkan pengalaman-pengalaman itu, dan oleh karenanya budaya juga mempengaruhi dan mengarahkan kita bagaiman kita mengirim, menerima, dan merspon lambang-lambang nonverbal tersebut.
Knaps (Rakhmat,1985:303) mengatakan bahwa yang penting diketahui dalam pesan nonverbal adalah tinjauan psikologis terhadap peranan pesan dalam perilaku komunikasi. Rakhmat juga menyebutkan enam alasan mengapa pesan noverbal sangat penting yaitu:
1.      Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal.
2.      Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal.
3.      Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relativ bebas dari penipuan, distorsi dan kerancuan.
4.      Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan.
5.      Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan nonverbal.
6.      Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
Prilaku nonverbal bersifat spontan, ambigu sering berlangsung cepat, dan diluar kesadaran atau kendali. Pada komunikasi nonverbal, banyak digunakan  tanda-tanda yang tidak jelas. Tanda-tanda itu berupa bentuk ekspresi wajah tertentu bisa berarti penggunaan rasa sakit, namun bisa berarti pula kegembiraan yang luar biasa. Bahasa nonverbal merupakan penekanan dari bahasa verbal yang telah diucapkan serta lisan serta diperkuat dengan gerak tubuh. Komunikasi nonverbal sangat berpengaruh jika dalam menyampaikan sesuatu kemudian susah untuk dimengerti, maka diperkuat dengan isyarat sehingga komunikan bisa terbantu dalam mendefenisikan maksud yang diterima oleh komunikator.
Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi. Paul Ekman (Mulyana, 2007:349) menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata,yakni sebagai :

1.                  Emblem.
Gerakan mata tertentu merupakan symbol yang memiliki kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan dapat mengatakan, ”Saya tidak sungguh-sungguh.”illustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.
2.                  Regulator.
Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respon tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
3.                  Affect Display.
Pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau senang.
Menurut Tubbs dan Moss dalam (Tubbs and Moss,1996:237), sistem komunikasi nonverbal berbeda dari satu budaya ke budaya lain seperti juga sistem verbal. Di beberapa negara, suatu anggukan kepala berarti ”tidak”, di sebagian negara lainnya, anggukan kepala sekedar menunjukkan bahwa orang mengerti pertanyaan yang diajukan. Petunjuk-petunjuk nonverbal ini akan lebih rumit lagi bila beberapa budaya memperlakukan faktor-faktor nonverbal seperti penggunaan waktu dan ruang secara berbeda. Isyarat-isyarat vokal seperti volume suara digunakan secara berbeda dalam budaya-budaya yang berbeda, begitu juga dengan ekspresi emosi.

Oleh karena itu, komunikasi nonverbal dapat dikatakan komunikasi yang paling jujur karena bersifat spontan, susah untuk dikendalikan dan terjadi diluar kesadaran kita.